Minggu, 10 Maret 2019

Jokowi Kaget Tak Percaya Rupiah Keok, Sedangkan Dolar AS Menguat 200 Poin


OPERAIND- Presiden Joko Widodo kaget dan sempat tak percaya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan gejolak yang cukup kuat dalam seminggu terakhir. Setelah sempat stabil di angka Rp 14.000-14.100, saat ini dolar AS sudah kembali menguat ke level Rp 14.300-an.

Dalam catatan detikFinance, diolah dari situs perdagangan Reuters, Senin (11/3/2019), dolar AS tercatat menguat hingga 200 poin atau sekitar 1,4% dalam seminggu terakhir. Nilai tukar rupiah dalam seminggu terakhir bergerak dari Rp 14.125 hingga Rp 14.325.



loading...



Bahkan menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah anjlok 2,4% di hadapan dolar AS dalam delapan hari terakhir.

Sedangkan menurut data RTI, dolar AS tercatat bergerak variatif. Mata uang utama negara utama Asia yang bernasib sama dengan rupiah di hadapan dolar AS adalah Chinese Yuan, Indian Rupee, Korean Won, hingga Singapore Dollar.

Sementara permintaan rupiah di pasar keuangan dunia sendiri cenderung lesu. Rupiah tercatat melemah di hampir semua mata uang negara utama dunia.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan pada pekan lalu, bahwa perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam seminggu terakhir terjadi akibat faktor ekonomi global. Hal ini karena terjadinya risk off terhadap sentimen pasar global yang mendorong penguatan dolar AS.

Dia menjelaskan indikator seperti pertumbuhan manufaktur di AS menunjukkan bahwa ekonomi negeri Paman Sam itu masih positif. Kemudian sentimen pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Eropa yang rendah hingga pernyataan chairman bank sentral Eropa terkait perekonomian menyebabkan dovish statement.



loading...



"Di satu sisi tadi, perekonomian AS mendorong dolarnya menguat. Di sisi lain di Eropa, ekonomi yang melemah membuat Euro juga melemah. Sehingga ini mendorong semakin kuatnya dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia," kata Perry di Gedung BI, Jakarta, Jumat (8/3).

selain kedua faktor tersebut, kondisi harga minyak dunia yang meningkat juga menyebabkan penguatan dolar AS. Selanjutnya faktor geopolitik seminggu terakhir seperti tidak tercapainya kesepakatan AS dan Korea Utara, ketidakjelasan Brexit turut mempengaruhi.

"Saya tegaskan tekanan rupiah ini lebih banyak karena faktor eksternal, karena faktor domestik semuanya bagus mulai dari inflasi rendah, ekonomi baik, survei konsumen membaik, aliran modal asing baik, cadangan devisa meningkat," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar