OPERAIND- Tiba-tiba saja tagar #UninstallJokowi menjadi trending topic di dunia maya. Gerakan tagar ini seolah menjadi jawaban dari tagar #UninstallBukalapak yang beberapa saat sebelumnya menguasai media sosial Twitter.
Aroma balas dendam politik dibalik trendingnya tagar #UninstallJokowi sangat terasa karena sebagian besar netizen yang menyerukan tagar ini juga mengajak netizen lain untuk tidak memilih calon presiden incumbent Joko Widodo pada pilpres 2019 mendatang.
loading...
Rocky Gerungmengatakan, para penyeru tagar #UninstallJokowi adalah bukti bahwa rakyat sudah cerdas gak mau tertipu serta menginginkan presiden baru..
Jika banyak pihak menilai tagar #UninstallJokowi bernuansa politis, saya justru menilai dari sisi yang sebaliknya. Selain ajakan untuk tidak memilih Jokowi, sebenarnya banyak juga cuitan-cuitan lucu yang mengiringi tagar tersebut. Seperti mengaitkan tagar ini dengan sejenis malware atau virus sehingga meminta pemilik komputer di dunia untuk hati-hati.
Hingga artikel ini ditayangkan, tagar #UninstallJokowi sudah dicuitkan sebanyak 288 ribu kali. Saking mendunianya, banyak netizen asing yang bertanya-tanya ada apa di balik tagar tersebut.
Tanggapan dan pertanyaan dari netizen asing terhadap tagar ini juga seolah menunjukkan bangsa kita itu sebenarnya punya selera humor yang bagus.
loading...
Banyaknya komentar dan cuitan lucu yang mengiringi tagar #UninstallJokowi adalah juga menjadi bukti dari selera humor bangsa kita yang bagus. Bagi orang awam atau yang tidak mengikuti perkembangan berita (terutama politik) di Indonesia, tagar ini jelas membingungkan dan tidak memiliki arti apapun. Uninstall adalah istilah dalam bidang komputer. Bagaimana bisa disandingkan dengan nama manusia (yang tidak mereka kenal)?
Tapi hal ini tidak berlaku bagi orang yang punya selera humor bagus. Absurditas tagar ini justru mereka olah dan djadikan bahan lelucon/humor yang bisa membuat kita tertawa dan tersenyum. Bahkan, teman saya yang berbeda pilihan politik pun bisa tersenyum (meskipun saya duga dalam hati dia merasa kesal).
Memiliki selera humor yang bagus berarti bisa tertawa - atau setidaknya melihat humor - dalam absurditas kehidupan. Dengan kata lain, kita memiliki sesuatu yang bisa kita tertawakan, bahkan dalam situasi terburuk sekalipun.
Memiliki selera humor yang baik, sebagaimana atribut keramahan dan kesopanan, adalah salah satu penghantar besar dari roda interaksi sosial. Humor dapat membuat sebuah kritik bisa disampaikan dengan lebih enak.
Dengan humor, alih-alih marah dan menggunakan kata-kata kasar, arti dari kalimat kritik itu bisa diterima tanpa rasa bersalah. Dengan humor, orang bisa mengatakan sesuatu yang terlihat berat menjadi lebih ringan. Sebuah lelucon sering bisa mengatakan kebenaran yang sulit untuk dikatakan dalam bentuk aslinya.
Bagi pihak oposisi atau yang tidak mendukung Jokowi, tagar #UninstallJokowi bisa dianggap sebagai sebuah kritik dalam bentuk humor. Mereka mengkritik kegagalan Jokowi dan melontarkan harapan terjadinya suksesi kepemimpinan dalam pilpres 2019 nanti.
Alih-alih menyuarakan secara langsung seperti tagar #2019GantiPresiden, mereka justru menunggangi momen dari tagar #UninstallBukalapak yang terlebih dahulu menjadi trending topic. Bukankah ini kreatif dan menunjukkan selera humor yang bagus?
Sulit lho untuk menunggangi momen tertentu dan menjadikannya kendaraan untuk mencapai sebuah tujuan (dalam kasus tagar ini tujuannya adalah sebagai bentuk kampanye). Biasanya, proses kreatif dalam memunculkan ide-ide kampanye seperti ini hanya bisa dilakukan oleh seorang copywriter yang jempolan. Dan menurut David Ogilvy, biangnya copywriter di dunia advertising, salah satu syarat seorang copywriter yang bagus adalah dia harus memiliki selera humor yang bagus pula.
Bagi pendukung calon presiden incumbent, mereka mungkin tidak terima tagar ini dianggap sebagai lelucon. Mereka -- dengan sensitivitas yang sangat tinggi -- melihat munculnya tagar ini tak lain adalah bagian dari upaya mendegradasikan sosok Jokowi.
Dengan sensitivitas yang tinggi pula pendukung Jokowi menghakimi cuitan Achmad Zaky sebagai bentuk rasa tidak tahu terima kasih pada pemerintah (Jokowi) yang punya peran besar dan sudah banyak membantu keberhasilan startup unicorn seperti Bukalapak. Hingga mereka memunculkan ungkapan "Bukalapak sudah menjadi Lupabapak".
Tapi dengan selera humor yang tinggi pula, pihak oposisi justru membalikkan dan mengembalikan ungkapan tersebut dengan pertanyaan sederhana, "yang Lupabapak siapa ya?"
Kiranya tak perlu dijawab pertanyaan mereka ini. Cukuplah ditangkap dengan selera humor yang bagus, supaya syaraf-syaraf kita yang tegang akibat kontestasi politik bisa sedikit mengendur. Agar otot-otot wajah kita bisa bisa kembali memunculkan sebuah senyuman ramah pada siapapun juga, senyuman yang sudah sekian lama hilang akibat perpecahan yang kita timbulkan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar