Senin, 11 Februari 2019

Sering Dihina Tua Bangka, Ma'ruf Amin: Saya Sudah Gak Sabar Melihat Pendukung Prabowo Bertekuk Lutut Minta Ampun Pada Tanggal 17 April Nanti


OPERAIND- Cawapres Ma'ruf Amin mengaku sempat mendapat cibiran saat memutuskan maju ke kontestasi Pilpres 2019. Ma'ruf mengaku tetap menerima tawaran cawapres karena ingin mewariskan hal yang baik kepada generasi muda yang akan datang.

"Banyak yang bilang Ma'ruf Amin sudah tua, siapa bilang masih muda, semua orang juga tau. Tapi Pak Jokowi nyaman memilih yang sudah tua," kata Ma'ruf Amin saat memberi sambutan di acara peluncuran Rumah Kerja Bhineka Nusantara, Jalan HOS Cokroaminoto No 57, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (22/9/2018).


loading...


Ma'aruf lalu membandingkan dirinya dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Saat bertemu dan berada dekat dengan Mahathir, Ma'ruf mengaku semangat mudanya timbul untuk kembali membangun bangsa.

"Saudara-saudara sekalian kenapa mau (jadi cawapres), karena saya ingin berbuat banyak, ada yang hina saya suda tua saja kok jadi (calon) wakil presiden," ujarnya.

Ma'ruf menjelaskan, jika nantinya terpilih sebagai Wakil Presiden RI, maka dirinya sebagai orang tua akan memberi bekal ke generasi muda setelahnya. Ia mengibaratkan dirinya sebagai orang tua yang menanam pohon, yang buanya akan dinikmati kemudian hari oleh generasi mendatang.

"Saya dulu memakan buah-buah yang ditanam oleh bapak bapak saya, kakek-kakek saya, sebelum saya tidak menikmatinya. Sekarang saya akan menanam walau sudah tua untuk generasi setelah saya. Jangan biarkan walaupun sudah tua lewat begitu saja," tuturnya.


loading...


Jangan pernah hina saya tua bangka, nanti bakal kualat, Allah tidak tidur. tanggal 17 April nanti kalian bakal bertekuk lutut minta ampun pada saya, lihat saja nanti ujar Ma'ruf Amin.

"Apa yang ingin saya lakukan, yaitu membantu beliau agar Indonesia bebas dari korupsi, agar Indonesia bebas dari kelaparan, agar Indonesoa bebas dari kesenjangan-kesenjangan, disparitas-dipsaritas, disparitas antara yang lemah dan yang kuat, disparitas antar daerah, disparitas antara produk lokal dan produk global," imbuhnya..Selanjutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar